Ice Bucket Challenge: Tujuan, tata cara dan pantangannya
Orang yang berani melakukan Ice Bucket Challenge akan diminta untuk menominasikan orang lain dalam tantangan tersebut. Jika dalam waktu 24 jam, orang itu tidak mampu melakukan tantangan itu, dia akan diminta untuk menyumbangkan sejumlah uang untuk amal.
Asal-usul dari Ice Bucket Challenge sendiri tidak jelas. Namun, Cold Water Challenge disebut-sebut sebagai asal-muasal lahirnya tantangan unik itu. Tantangan ini sempat populer di media sosial, khususnya di daerah-daerah di utara Amerika. Kegiatan ini dilakukan dengan menantang peserta untuk menyumbangkan uang mereka untuk penelitian kanker atau mengambil tantangan melompat ke dalam air dingin.
Sebagaimana dilansir Wikipedia, divisi Sheaves For Christ dari General Youth Division UPCI adalah komunitas pertama yang mulai menyebarkan virus ini ke seluruh Amerika. Dalam sebuah video yang dirilis pada 26 April lalu, Amado Huizar menantang orang-orang untuk menyumbangkan USD 100 (Rp 1,1 juta) untuk misi penggalangan dana Sheaves For Christ atau melompat ke dalam air es. Videonya kemudian menjadi viral di internet dan telah ditiru oleh banyak orang.
Cold Water Challenge juga sempat diterapkan di Selandia Baru pada 4 Juli 2014. Kampanye itu dilakukan untuk menggalang dana bagi pasien kanker. Seperti tantangan sebelumnya, mereka yang terlibat dalam kegiatan ini akan memfilmkan aksi mereka, dan kemudian membagikan rekaman tersebut secara online untuk mencari perhatian publik.
Ice Bucket Challenge mulai mewabah di Amerika ketika pada 30 Juni sebuah program TV Amerika, Golf Channel Morning Show, mengulas tentang fenomena media sosial dan kemudian melakukan Ice Bucket Challenge secara live. Segera setelah itu, pada 15 Juli seorang pegolf bernama Chris Kennedy melakukan tantangan yang sama dan menantang sepupunya Jeanette Senerchia dari Pelham, New York. Dan kebetulan suami Jeanette, Anthony, telah menderita ALS selama 11 tahun.
Sehari kemudian, Jeanette melakukan tantangan itu, sementara putrinya yang baru berusia 6 tahun memfilmkan aksinya di depan rumah mereka. Meski awalnya hanya sekadar iseng semata, aksi Jeanette secara tidak sengaja diketahui Pat Quinn, 31 tahun dari Yonkers, New York, yang juga didiagnosis dengan ALS pada Maret 2013. Pat mengetahuinya dari akun Facebook Jeanette.
Tantangan itu pun menyebar dari satu mulut ke mulut lainnya, dan mantan pemain bisbol Boston College, Pete Frates, yang juga menderita ALS mulai mem-posting tantangan tersebut di Twitter. Bisa ditebak, Ice Bucket Challenge langsung menjadi viral di dunia maya.
Presiden Barack Obama juga sempat ditantang oleh Ethel Kennedy, tetapi dia menolak. Dia lebih memilih untuk berkontribusi pada kampanye tersebut dengan menyumbang USD 100. Sederet artis ternama Amerika seperti Justin Bieber, LeBron James, dan “Weird” Al Yankovic juga menantang Obama, setelah menyelesaikan Ice Bucket Challenge. Namun, Obama lebih memilih untuk menyumbang uang ketimbang mengambil tantangan tersebut.
Sekarang, tantangan ini juga populer di Inggris. Menyebar melalui media sosial, tantangan ini dilakukan untuk mendukung penggalangan dana bagi Motor Neurone Disease Association dan Macmillan Cancer Support.
Tentang ALS
Tren Ice Bucket Challenge dengan efek viralnya di internet, membuat banyak orang ingin ikut-ikutan melakukannya. Sayangnya, dari sekian banyak video tantangan mandi es yang beredar, hanya sedikit yang menjelaskan tentang penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS) itu sendiri. Penyakit ini dikenal dengan juga dengan nama penyakit Lou Gehrig karena ia merupakan tokoh yang menderitanya penyakit ini.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang penyakit itu, mungkin Anda perlu membaca lima poin berikut.
1. Mempengaruhi tubuh dan pikiran
Penyakit ini menyerang sel saraf yang mengontrol gerak yang disadari, seperti menggerakan kaki atau tangan, membuat ekspresi wajah, hingga bernapas. Meskipun tidak mempengaruhi kecerdasan, namun beberapa orang dengan ALS mungkin akan mengalami depresi atau penurunan kemampuan kognitif, seperti mengambil keputusan dan mengingat. Demikian yang diungkapkan oleh Institur gangguan saraf dan stroke nasional Amerika Serikat.
2. Penyakit ini tidak selalu diturunkan
Hanya 5-10 persen dari seluruh kasus yang ada hubungannya dengan faktor keturunan. Namun, mayoritas 90 persen pasien dengan ALS tidak memiliki riwayat keluarga yang memiliki penyakit ini.
3. Lebih umum pada laki-laki dan orang Kaukasia
Penyakit ini lebih umum terjadi pada laki-laki di banding perempuan, serta lebih banyak orang Kaukasia yang mengalaminya dibandingkan dengan ras lainnya. Detailnya, ALS 20 persen lebih mungkin terjadi pada laki-laki, dan 93 persen orang yang tercatat menderita ALS adalah orang Kaukasia.
ALS paling banyak terjadi pada orang usia antara 60-69 tahun, namun tidak menutup kemungkinan usia yang lebih muda juga dapat terkena penyakti ini.
4. Gejala tidak tiba-tiba
Gejala ALS tidak serta merta datang ketika seseorang baru bangun tidur lantas mengalami kelumpuhan. Gejala seringkali datang tanpa disadari. Gejala awalnya biasanya kram, otot tegang, kesulitan mengunyah dan menelan. Lama kelamaan, orang dengan ALS juga kehilangan kemampuan bernapas dan menelan. Kebanyakan orang akan meninggal dua sampai lima tahun ke depan setelah terdiagnosis, penyebabnya paling banyak karena gangguan pernapasan.
5. Orang dengan ALS bisa panjang umur
Meski belum ada obat yang dapat menyembuhkan ALS, namun studi klinis menunjukkan, ada obat yang disebut Riluzole yang dapat membantu meringankan gejala dan memperlambat pengembangan penyakit.
Pantangan untuk Ice Bucket Challenge
Gerakan Ice Bucket Challenge sebetulnya positif, selain
mengumpulkan dana, menyiram badan dengan air es dimaksudkan untuk
merasakan sensasi beku serta kesulitan bergerak seperti yang dialami
oleh mereka yang menderita penyakit ALS. Namun, orang dengan risiko
kesehatan tertentu dianjurkan untuk menghindari tantangan mandi es ini.
Dilansir Kompas, para dokter di Hong Kong mengingatkan, orang yang “rentan” mungkin akan menghadapi risiko kesehatan ketika melakukan Ice Bucket Challenge. Asosiasi kedokteran di Hong Kong mengatakan, tantangan mandi es memiliki dampak serius untuk orang yang berada dalam kelompok rentan, termasuk orang berusia lanjut, ibu hamil, orang dengan penyakit jantung, dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.
Ice Bucket Challenge sebenarnya merupakan sebuah gerakan yang diluncurkan di Amerika Serikat untuk menggalang dana bagi orang-orang yang memiliki penyakit ALS. Gerakan ini diikuti baik oleh berbagai kalangan, termasuk oleh tokoh-tokoh terkenal dan diunggah di internet sehingga menimbulkan efek viral yang cepat.
Presiden asosiasi, Dr Louis Shih Tai-cao, mengatakan, gerakan ini seharusnya diikuti dengan peringatan pada bahaya potensial dan perhitungan keselamatan. Pasalnya ada beberapa kondisi kesehatan yang membuat orang berisiko dalam melakukan tantangan tersebut.
“Kami pikir, orang dengan tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, orang usia lanjut, dan wanita hamil harus berhati-hati,” ujarnya.
Saat mendapatkan siraman air es, orang yang termasuk kategori rentan tersebut berisiko mengalami shock karena tekanan darah turun tajam dan menyebabkan mereka pingsan.
“Suhu dingin mendadak dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Beberapa laporan mengatakan, sebagian orang bahkan mengalami serangan jantung setelah disiram air es, meskipun mungkin keduanya tidak saling berkaitan secara langsung,” jelas Shih.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Moh Hasan Machfoed mengatakan, penyiraman dengan air es sebenarnya tidak terlalu mencerminkan apa yang dirasakan orang dengan ALS. Pasalnya penyiraman dengan air es tidak melumpuhkan saraf motorik yang menjadi sasaran dari ALS.
Dilansir Kompas, para dokter di Hong Kong mengingatkan, orang yang “rentan” mungkin akan menghadapi risiko kesehatan ketika melakukan Ice Bucket Challenge. Asosiasi kedokteran di Hong Kong mengatakan, tantangan mandi es memiliki dampak serius untuk orang yang berada dalam kelompok rentan, termasuk orang berusia lanjut, ibu hamil, orang dengan penyakit jantung, dan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.
Ice Bucket Challenge sebenarnya merupakan sebuah gerakan yang diluncurkan di Amerika Serikat untuk menggalang dana bagi orang-orang yang memiliki penyakit ALS. Gerakan ini diikuti baik oleh berbagai kalangan, termasuk oleh tokoh-tokoh terkenal dan diunggah di internet sehingga menimbulkan efek viral yang cepat.
Presiden asosiasi, Dr Louis Shih Tai-cao, mengatakan, gerakan ini seharusnya diikuti dengan peringatan pada bahaya potensial dan perhitungan keselamatan. Pasalnya ada beberapa kondisi kesehatan yang membuat orang berisiko dalam melakukan tantangan tersebut.
“Kami pikir, orang dengan tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, orang usia lanjut, dan wanita hamil harus berhati-hati,” ujarnya.
Saat mendapatkan siraman air es, orang yang termasuk kategori rentan tersebut berisiko mengalami shock karena tekanan darah turun tajam dan menyebabkan mereka pingsan.
“Suhu dingin mendadak dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dan dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Beberapa laporan mengatakan, sebagian orang bahkan mengalami serangan jantung setelah disiram air es, meskipun mungkin keduanya tidak saling berkaitan secara langsung,” jelas Shih.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Moh Hasan Machfoed mengatakan, penyiraman dengan air es sebenarnya tidak terlalu mencerminkan apa yang dirasakan orang dengan ALS. Pasalnya penyiraman dengan air es tidak melumpuhkan saraf motorik yang menjadi sasaran dari ALS.
0 komentar:
Posting Komentar